Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Kenaikan Harga Kedelai Belum Terasa

MAKASSAR – Kenaikan harga kedelai dari Rp 4.800 per kilogram menjadi Rp 6.500 per kilogram belum terasa. Baik oleh penjual tempe di pasar tradisional, maupun penjual makanan. “Sampai saat ini, saya belum merasakan kenaikan dari harga kacang kedelai. Sebab tempe yang kami ambil dari pembuatnya lalu saya jual harganya tetap,” kata salah satu penjual tempe di pasar Panaikang Makassar, Muhammad Ali, Kamis (17/2) kemarin.
Menurut Muhammad, setiap hari kami menyuplai tempe dari berbagai jenis ukuran dan bentuk. Antara lain bentuk memanjang dalam kantong plastik dan persegi yang dibungkus daun pisang. “Harganya antara Rp 2.500 sampai Rp 4.500 perpotong, tergantung dari besarnya,” katanya.
Ia menambahkan bahwa setiap hari rata-rata menyuplai 50 potong tempe. Dan kadang-kadang dari 50 potong tersebut habis terjual. Namun jika tidak habis, maka tempenya bisa dikembalikan. “Terkadang habis, jika harga ikan mahal. Dan jika tidak habis, maka setiap sore tempenya akan dikembalikan karena saya akan merugi jika rusak. Kecuali nanti malam ada yang pesan,” katanya.
Hal yang sama dialami oleh Nani 43 tahun, penjual makanan warung mahasiswa jalan sahabat Kecamatan Tamalanrea Makassar, belum merasakan dampak kenaikan dari kedelai. Sebab harga tempe masih tetap dan tidak mengalami kenaikan. “Harga tempe masih tetap dan tidak naik, meskipun saya dengar harga kacang kedelai naik,” katanya.
Ia menambahkan bahwa selama ini, ciri khas di warungnya adalah gorengan tempe. Rata-rata pelanggang yang datang makan di warungnya karena gorengan tempenya yang khas dan berbeda dengan warung lain. “Mahasiswa jauh-jauh datang ke warungku yang jaraknya lumayan jauh dari kampus Universitas Hasanuddin karena tergiur dengan gorengan tempe saya,” katanya.
Dalam sehari, rata-rata gorengan tempenya habis. Dalam setiap hari, ia mengaku membeli tempe hingga 10 – 15 potong. Itu yang dipotong kecil-kecil lalu digoreng dengan menggunakan bumbu terigu. “Dari 10 – 15 potongan tersebut akan menghasilkan potongan kecil-kecil yang banyak dan bahkan digoreng sepanjang hari,” katanya.
Adapun informasi mengenai kenaikan harga kacang kedelai hanya didengar melalui berita media. Menurutnya, kalaupun harga tempe akan naik, maka tidak akan mengurangi menu tempe yang dimiliki. Sebab tempe adalah lauk utama yang ada di warungnya dan orang mencari jauh-jauh hanya karena lauk tempe.
“Selain orang yang datang langsung makan, terkadang ada pesanan banyak dari lembaga dan kantor-kantor. Dan rata-rata pesanan yang masuk adalah harus ada tempe goreng,” katanya.
Sementara itu, Ramli 25 tahun, warga Tamalanrea, akui bahwa dalam setiap makannya harus ada lauk tempe. Baik tempe goreng, maupun tempe kari. “Tempe adalah lauk andalan saya, dan sangat tidak enak jika saya makan dan tidak ada tempe,” katanya.
“Saya lebih memilih makan tanpa ikan, daripada makan tanpa tempe. Karena sejak kecil saya sangat senang dan kadang tidak mau makan jika tidak ada tempe,” tambahnya.
SYAMSULMARLIN

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar