Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

I La Galigo Akan Dipentaskan di Makassar

MAKASSAR -- I La Galigo adalah pentas teater internasional yang mengambil inspirasi dari Sureq Galigo, hikayat kepahlawanan Sulawesi Selatan, dari panggung dunia, kembali ke tanah kelahirannya untuk dipentaskan. Sejak pentas perdananya di Singapura pada 2003 lalu, lakon tersebut terus menuai pujian saat digelar di kota-kota besar dunia. Antara lain Amsterdam, Barcelona, Madrid, Lyon, Ravenna, New York, Melbourne, Milan, dan Taipei sepanjang 2003-2008. Bahkan, media sekelas The New York Times pun tak segan menyebutnya "stunningly beautiful music-theater work" ketika I La Galigo menjadi pembuka pada Festival Lincoln Center 2005 lalu.
Menurut Yusi Avianto Pareanom, salah satu tim dalam pementasan I La Galigo, pada 2005 lalu, I La Galigo sudah sempat dipentaskan di Teater Tanah Airku Jakarta. Pementasan selama tiga jam yang disutradarai Robet Wilson ini sukses besar. “ Baik ansambel gerak, tari, lagu, dan penggunaan ektensif efek cahaya yang menjadi ciri khas Wilson yang masuk lima besar sutradara teater dunia, benar-benar memukau. Penonton Indonesia yang penasaran akhirnya bisa membayar rasa keingintahuan mereka,” katanya saat jumpa pers di Hotel Imperial Aryaduta, Kamis (24/2) kemarin.
Meskipun demikian, menurutnya ada rasa yang masih kurang. Baik lakon yang diproduksi oleh Change Performing Arts (Italia) dan Bali Purnati (Indonesia). Sebab belum pernah digelar di bumi kelahirannya, yaitu Sulawesi Selatan. Pertanyaan semacam ini berulang kali sampai ke tim produksi. Sehingga I La Galigo Berlabuh di Makassar adalah jawabannya yang akan pentas di Benteng Rotterdam, Makassar, pada 23-24 April 2011. “Pementasan ini didukung oleh Pemerintah Kota Makassar yang memiliki program Visit 2011 – 2014,” katanya.
Saat ini, sekitar 100 pendukung acara yang terlibat masih berada di tempat tinggalnya masing-masing yang tersebar di seluruh Indonesia dan negara-negara lain. Meskipun demikian, latihan tak terputus. Mereka baru akan berkumpul di Makassar untuk latihan intensif sepekan sebelum pementasan. Pola ini sudah dijalankan sejak pentas perdana di Singapura. Dengan cara ini, setiap pendukung dilatih untuk bersikap profesional dengan selalu mempersiapkan diri.
Sedikit berbeda dengan pentas-pentas di kota lain, pentas Makassar melibatkan lebih banyak seniman Sulawesi Selatan dan menggunakan peralatan panggung yang sebagian berasal dari Sulawesi Selatan sendiri. Beberapa pemain dari Sulawesi Selatan direkrut untuk peran penting yang selama ini dimainkan seniman dari luar Sulawesi Selatan. “Untuk pentas Makassar, peran mereka sebagai understudy, mereka saat ini sudah menjalani latihan serius. Hal ini dilandasi pemikiran bahwa ke depan pentas ini bisa dilanjutkan secara rutin oleh masyarakat Sulawesi Selatan sendiri. Sangat terbuka pula kemungkinan pentas-pentas lain yang mengambil inspirasi dari Sureq Galigo,” katanya.
Penggagas acara di Makassar adalah Tanri Abeng, tokoh nasional dari Sulawesi Selatan. Ia beberapa kali menyempatkan menonton langsung pertunjukan I La Galigo di beberapa negara. Secara khusus, ia mengaku bangga dan terharu saat melihat sambutan luar biasa penonton di New York. “Pementasan di Makassar adalah persembahan kembali kepada masyarakat Sulawesi Selatan,” kata Tanri. Dengan demikian, keluarga para seniman, misalnya, yang selama ini hanya mendapatkan cerita, bisa menyaksikan langsung kehebatan para penampil di panggung.

Selain persembahan kembali, Tanri juga menyebut bahwa pentas di Makassar adalah apresiasi kepada dedikasi dan profesionalisme dari semua yang terlibat dalam produksi I La Galigo. Olehnya, apresiasi ini mesti dilanjutkan dengan menghidupkan kembali semangat I La Galigo dalam rangkaian kerja besar. Salah satu yang terpenting adalah pembangunan museum yang komprehensif di Makassar. “Ke depan, segala informasi yang berkenaan dengan Sureq Galigo maupun seni pertunjukannya mesti bisa didapatkan di sini, tak harus di luar negeri,” ujar Tanri.
Pilihan kata “berlabuh” (tidak menetap) untuk pentas di Makassar juga memuat pesan keberlanjutan I La Galigo. “Saya yakin perjalanan I La Galigo masih panjang, setelah ini mungkin akan lahir I La Galigo 2,” kata Tanri.
Sementara itu, Walikota Makassar, Ilham Arif Sirajuddin, menyambut baik pementasan I La Galigo di Makassar. Sebab I La Galigo yang selama ini hanya keliling dunia, akhirnya dapat juga berlabuh dan dipentaskan di Makassar. “Mudah-mudahan pementasan I La Galigo di Makassar dapat mendukung program Visit 2011 yang menghadirkan para petinggi negara, turis baik lokal maupun internasional,” katanya.
Menurut Ilham, jika saja pemerintah Kota Makassar menghadirkan I La Galigo di Makassar akan membutuhkan dana dan biaya yang cukup besar. “Kalau dinilai dengan rupiah, mana mungkin pemerintah Kota Makassar dapat membayarnya. Sehingga butuh dukungan dari setiap elemen untuk menyukseskan pementasan tersebut,” katanya.
Ia berharap, dengan pementasan I La Galigo di Makassar, akan memberikan pencerahan bagi generasi muda khususnya di Makassar. Dan akan menutupi citra buruk Kota Makassar yang selama ini tergambarkan oleh masalah demonstrasi dan tawuran.
Sementara itu, dalam lingkup pemerintah Kota Makassar, telah dilaksanakan pelatihan dan bimbingan teknis Sapta Pesona kepada pejabat Eselon II dan III di Hotel Merkuri Makassar dan akan berlangsung dari tanggal 24 – 25 Februari 2011. Menurut Eddy Kosasi Parawansa, bahwa kegiatan tersebut bertujuan untuk mendukung program dari pemerintah Kota Makassar Visit 2011. “Semua lingkup pemerintahan Kota Makassar, diminta untuk mengiplementasikan Sapta Pesona yaitu mewujudkan keamanan, kebersihan, ketertiban dan kenyamanan masyarakat demi mendukung visit 2011 dan dijadikan Makassar sebagai leaving room bagi pengunjungnya,” katanya.
SYAMSULMARLIN

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar