Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Ayam Gaga dan Geretek Bisnis Menggiurkan

MAKASSAR – Salah satu komoditas lokal Sulawesi Selatan adalah ayam gaga dan ayam gretek. Komoditas tersebut disamping sebagai hobi bagi para pencinta ayam, juga sebagai bisnis yang menggiurkan. “Sudah banyak orang yang awalnya hanya sekedar hobi, justru beralih sebagai bisnis karena pendapatannya yang cukup menggiurkan,” kata salah satu pencinta dan pengusaha ayam gaga dan ayam gretek, Wisnu Wibawa, saat acara jumpa pers Kontes ayam gaga dan Geretek se Sulawesi Selatan, di kantor Dinas Peternakan Sulawesi Selatan, Jumat (11/3) kemarin.
Menurut Wisnu, saat ini harga ayam gaga dan ayam geretek mulai Rp 300 ribu hingga Rp 45 juta per ekor. Tergantung dari potensi berkokoknya yang menyerupai orang tertawa. Ayam yang berasal asli Desa Baranti kabupaten Sidrap tersebut mulai dikenal dan sudah menjadi koleksi penggemar unggas selain burung kicau, burung merpati, ayam kate maupun ayam pelung.”Awalnya unggas unik ini dahulu, telah banyak dipelihara oleh bangsawan Rappang. Dan saat ini sudah menjadi primadona yang telah mewabah dikalangan pencinta unggas di Makassar,” katanya.
Ia menambahkan bahwa ayam gaga yang diternakkan saat ini sekitar 600 ekor. Dan telah banyak tawaran pembeli dari luar Sulawesi seperti Yogyakarta, Malang, Bandung, Jakarta, Surabaya, dan Bali. Harganyapun bervariasi tergantung dari jenis dan bagus kokoknya. Kokoknya terdiri dari suara depan, tengah, akhir, dasar suara dan irama. “Banyak permintaan dari luar, dengan harga yang sangat tinggi, dan tergantung dari kualitas suaranya,” katanya.
Terkait budidaya ayam gaga cukup mudah, karena sama dengan cara pemeliharaan ayam kampung. Sistem pemeliharaannya tidak sulit, hanya saja kualitas dari ayam Wisnu lebih jauh menjelaskan tergantung dari keturunan gen. “Kualitas ayam banyak dipengaruhi genetis, 90 persen genetis dan 10 persen stamina,” katanya.
Pakannyapun Wisnu menambahkan bahwa sama dengan pakan ayam lainnya. Yaitu pakan ayam AD, jagung giling, dan gabah. “Beras merah juga sekali-kali boleh untuk memicu pertumbuhan,” katanya.
Melalui potensi tersebut, Kepala Dinas Peternakan Sulawesi Selatan, Murtala Ali, merencanakan mengadakan kontes ayam gaga dan Geretek se Sulawesi Selatan. Kontes tersebut memperebutkan piala bergilir Gubernur dengan tujuan melestarikan komoditas lokal yang dimiliki Sulawesi Selatan agar plasmanutfa tidak punah. “Kontes ini merupakan instruksi Gubernur agar melestarikan plasmanutfa lokal yang dilaksanakan dengan kerjasama para pencinta ayam gaga,” katanya.
Kontes tersebut akan diadakan pada tanggal 16 Maret nanti, yang akan diikuti oleh seluruh perwakilan dari 24 kabupaten dan kota se Sulawesi Selatan. Setiap kabupaten akan mengikutsertakan 50 kontingen kecuali kabupaten pusat pengembangan ayam gaga. “Seperti Sidrap, Pinrang, dan Enrekang menawarkan agar pesertanya 200 kontingen. Namun dikhawatirkan waktu tidak cukup karena hanya sehari maka peserta dibatasi,” katanya.
Lebih jauh Murtala menjelaskan bahwa kontes tersebut akan diadakan setiap tahun, demi memasyarakatkan komoditas lokal Sulawesi Selatan. “Tahun ini khusus Sulawesi Selatan, dan tidak menutup kemungkinan tahun depan akan menasional. Sekarang saja ada peserta dari Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tenggara. Namun untuk tahun ini, khusus Sulawesi Selatan saja,” katanya.
Murtala berharap ayam gaga juga akan dipatenkan dengan nama khas yang dikenal. Seperti sapi bali, biar dimanapun sapi tersebut berada, tetap ikut asal daerahnya. “Mau di Australia, Sulawesi, dan dimanapun tetap dikenal bahwa itu sapi bali. Begitupun dengan ayam gaga akan dipatenkan bahwa komoditas asli Sulawesi Selatan,” katanya.
SYAMSULMARLIN

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar